LOGO
TERAPI
Menurut
Frankl (2004) logoterapi berasal dari kata logos
berasal dari bahasa Yunani yang berarti makna. Logoterapi percaya bahwa
perjuangan untuk menemukan makna hidup dalam hidup seseorang merupakan
motivator utama orang tersebut. Logoterapi berusaha membuat pasien menyadari
secara tanggungjawab dirinya dan memberinya kesempatan untuk memilih, untuk
apa, atau kepada siapa dia merasa bertanggungjawab. Logoterapi tidak
menggurui atau berkotbah melainkan
pasien sendiri yang harus memutuskan apakah tugas hidupnya bertanggung jawab
terhadap masyarakat, atau terhadap hati nuraninya sendiri.
Konsep
Utama Logoterapi
Pandangan Frankl tentang kesehatan psikologis menekankan
pentingnya kemauan akan arti. Frankl berpendapat bahwa manusia harus dapat
menemukan makna hidupnya sendiri dan kemudian setelah menemukan mencoba untuk
memenuhinya. Bagi Frankl setiap kehidupan itu adalah suatu tugas yang harus
dijalani. Mencari makna dalam hidup inilah prinsip utama teori frankl yang
dinamakan logoterapi. Istilah tema utama logoterapi adalah karakteristik
eksistensi manusia, dengan makna hidup sebagai inti teori. Menurut Frankl yang
paling dicari dan diinginkan manusia dalam hidupnya adalah makna, yaitu
makna yang didapat dari pengalaman hidupnya baik dalam keadaan senang maupun
dalam penderitaan. Konsep keinginan kepada makna (the will to meaning)
inilah menjadi motivasi utama kepribadian manusia (Frankl, 1977). Sebutan the
will to meaning sengaja dibedakan Frankl dengan sebutan the drive to
meaning karena makna dan nilai-nilai hidup tidak mendorong (to push, to
drive) tetapi seakan-akan menarik (to pull) dan menawari (to
offer) manusia untuk memenuhi kenyataan hidup, yang menurutnya pula tidaklah
menyediakan keseimbangan tanpa tegangan, tetapi justru menawarkan suatu
tegangan khusus, yaitu tegangan kenyataan diri pada waktu sekarang dan
maknamakna yang harus dipenuhi : Bring us Meaning.
Tujuan
Logoterapi
Logo therapy bertujuan agar dalam
masalah yang dihadapi klien dia bisa menemukan makna dari penderitaan dan
kehidupan serta cinta. Dengan penemuan itu klien akan dapat membantu dirinya
sehingga bebas dari masalah tersebut.Adapun tujuan dari logoterapi adalah agar
setiap pribadi:
1) Memahami adanya potensi dan sumber daya rohaniah
yang secara universal ada pada setiap orang terlepas dari ras, keyakinan dan
agama yang dianutnya;
2) Menyadari bahwa sumber-sumber dan potensi itu
sering ditekan, terhambat dan diabaikan bahkan terlupakan;
3) Memanfaatkan daya-daya tersebut untuk bangkit
kembali dari penderitaan untuk mampu tegak kokoh menghadapi berbagai kendala,
dan secara sadar mengembangkan diri untuk meraih kualitas hidup yang lebih
bermakna.
Hakekat
manusia dalam pandangan Logoterapi
Berikut
ini merupakan beberapa pandangan logoterapi terhadap manusia :
1) Menurut Frankl manusia merupakan kesatuan utuh
dimensi ragawi, kejiwaan dan spiritual. Unitas bio-psiko-spiritual.
2) Frankl menyatakan bahwa manusia memiliki dimensi
spiritual yang terintegrasi dengan dimensi ragawai dan kejiwaan. Perlu dipahami
bahwa sebutan “spirituality” dalam logoterapi tidak mengandung konotasi
keagamaan karena dimens ini dimiliki manusia tanpa memandang ras, ideology,
agama dan keyakinannya. Oleh karena itulah Frankl menggunakan istilah noetic
sebagai padanan dari spirituality, supaya tidak disalahpahami
sebagai konsep agama.
3) Dengan adanya dimensi noetic ini
manusiamampu melakukan selfdetachment, yakni dengan sadar mengambil
jarak terhadap dirinya serta mampu meninjau dan menilai dirinya sendiri.
4) Manusia adalah makhluk yang terbuka terhadap
dunia luar serta senantiasa berinteraksi dengan sesama manusia dalam lingkungan
sosial-budaya serta mampu mengolah lingkungan fisik di sekitarnya.
Hubungan
Konselor dan Konseling Dalam Terapi
Dalam logoterapi, konseling mampu
mengalami secara subjektif persepsi-persepsi tentang dunianya. Dia harus aktif
dalam proses terapeutik, sebab dia harus memutuskan ketakutan-ketakutan,
perasaan-perasaan berdosa dan kecemasan-kecemasan apa yang akan dieksplorasi.
Memutuskan untuk menjalani terapi saja sering merupakan tindakan yang
menakutkan. Konseling dalam terapi ini, terlibat dalam pembukaan pintu diri
sendiri. Pengalaman sering menakutkan atau menyenangkan dan mendepresikan atau
gabungan dari semua perasaan tersebut. Dengan membuka pintu yang tertutup,
konseli mampu melonggarkan belenggu deterministic yang telah menyebabkan dia
terpenjara secara psikologis. Lambat laun konseling mulai sadar, apa dia
tadinya dan siapa dia sekarang serta klien lebih mampu menetapkan masa depan
macam apa yang diinginkannya. Melalui proses terapi, konseling bisa
mengeksplorasi alternative-alternatif guna membuat pandangan-pandangan menjadi
nyata.
Frankl menandaskan bahwa fungsi Konselor
bukanlah menyampaikan kepada Konseling apa makna hidup yang harus
diciptakannya, melainkan mengungkapkan bahwa Konseling bisa menemukan makna,
bahkan juga dari penderitaan, karena penderitaan manusia bisa diubah menjadi
prestasi melalui sikap yang diambilnya dalam menghadapi penderitaan itu.
Para ahli psikologi humanistik memiliki
orientasi bersama yang mencakup hal-hal berikut:
1. Mengakui pentingya pendekatan dari pribadi ke
konselor
2. Menyadari peran dari tanggung jawab Konselor
3. Mengakui sifat timbal balik dari hubungan
terapeutik
4. Berorientasi pada pertumbuhan
5. Menekankan keharusan Konselor terlibat dengan
Konseli sebagai suatu pribadi yang menyeluruh
6. Mengakui bahwa putusan-putusan dan
pilihan-pilihan akhir terletak di tangan Konseling
7. Memandang Konselor sebagai model, dalam arti
bahwa Konselor dengan gaya hidup dan pandangan humanistiknya tentang manusia
bisa secara implisit menunjukkan potensi Konseling bagi tindakan kreatif dan
positif
8. mengakui kebebasan Konseling untuk mengungkapkan
pandangan dan untuk mengembangkan tujuan-tujuan dan nilainya sendiri
9. bekerja ke arah mengurangi ketergantungan Konseli
serta meningkatkan kebebasan Konseling
Tahapan-tahapan
Konseling Logoterapi
Proses konseling pada umumnya mencakup
tahap-tahap : perkenalan, pengungkapan dan penjajakan masalah, pembahasan
bersama, evaluasi dan penyimpulan, serta pengubahan sikap dan perilaku.
Biasanya setelah masa konseling berakhir masih dilanjutkan pemantauan atas
upaya perubahan perilaku dan klien dapan mlakukan konsultasi lanjutan jika
diperlukan. Konseling logoterapi berorientasi pada masa depan (future
oriented) dan berorientasi pada makna hidup (meaning oriented).
Relasi yang dibangun antara konselor dengan konseli adalah encounter, yaitu
hubungan antar pribadi yang ditandai oleh keakraban dan keterbukaan, serta
sikap dan kesediaan untuk saling menghargai, memahami dan menerima sepenuhnya
satu sama lain. Ada empat tahap utama didalam proses konseling logterapi
diantaranya adalah:
1. Tahap perkenalan dan pembinaan rapport.
Pada tahap ini diawali dengan menciptakan suasana nyaman untuk konsultasi
dengan pembina rapport yang makin lama makin membuka peluang untuk
sebuah encounter. Inti sebuah encounter adalah penghargaan kepada
sesama manusia, ketulusan hati, dan pelayanan. Percakapan dalam tahap ini tak jarang
memberikan efek terapi bagi konseling.
2. Tahap pengungkapan dan penjajagan masalah. Pada
tahap ini konselor mulai membuka dialog mengenai masalah yang dihadapi konseli.
Berbeda dengan konseling lain yang cenderung membeiarkan konseli “sepuasnya” mengungkapkan
masalahnya, dalam logoterapi konseli sejak awal diarahkan untuk menghadapi
masalah itu sebagai kenyataan.
3. Pada tahap pembahasan bersama, konselor dan
konseli bersama-sama membahas dan menyamakan persepsi atas masalah yang
dihadapi. Tujuannya untuk menemukan arti hidup sekalipun dalam penderitaan.
4. Tahap evaluasi dan penyimpulan mencoba memberi
interpretasi atas informasi yang diperoleh sebagai bahan untuk tahap
selanjutnya, yaitu perubahan sikap dan perilaku konseli. Pada tahap-tahap ini
tercakup modifikasi sikap, orientasi terhadap makna hidup, penemuan dan
pemenuhan makna, dan pengurangan symptom.
Teknik-Teknik
Konseling
Victor Frankl dikenal sebagai terapis
yang memiliki pendekatan klinis yang detail. Diantara teknik-teknik tersebut
adalah yang dikenal dengan intensi paradoksal, yang mampu
menyelesaikan lingkaran neurotis yang disebabkan kecemasan anti sipatori dan
hiper-intensi. Intensi paradoksal adalah keinginan terhadap sesuatu yang
ditakuti. Seorang pemuda yang selalu gugup ketika bergaul dengan banyak disuruh
Frankl untuk menginginkan kegugupan itu. Contoh lain adalah masalah tidur.
Menurut Frankl, kalau anda menderita insomnia, anda seharusnya tidak mencoba
berbaring ditempat tidur, memejamkan mata, mengosongkan pikiran dan sebagainya.
Anda justru harus berusaha terjaga selama mungkin. Setelah itu baru anda akan
merasakan adanya kekuatan yang mendorong anda untuk melangkah ke kasur.
Teknik terapi Frankl yang kedua adalah de-refleksi.
Frankl percaya bahwa sebagian besar persoalan kejiwaan berawal dari perhatian
yang terlalu terfokus pada diri sendiri. Dengan mengalihkan perhatian dari diri
sendiri dan mengarahkannya pada orang lain, persoalan-persoalan itu akan hilang
dengan sendirinya. Misalnya, kalau mengalami masalah seksual, cobalah memuaskan
pasangan anda tanpa memperdulikan kepuasan diri anda sendiri. Atau cobalah
untuk tidak memuaskan siapa saja, tidak diri anda, tidak juga diri pasangan
anda.
Daftar
Pustaka :
Videbeck, L.S. (2008). Keperawatan Jiwa. Jakarta : Anggota IKAPI
Semiun, Y. (2006). Kesehatan Mental 3. Yogyakarta : Kanisius.