Minggu, 04 November 2012

Rancangan Sistem Pakar Tugas 2 minggu ke 2

Analisis dan Perancangan Sistem Pakar Dalam Mendiagnosa Penderita Autisme

            1.      Analisis Penyakit

Untuk mendiagnosa suatu penyakit perlu diketahui terlebih dahulu gejala-gejala yang ditimbulkan baik dari gejala yang terlihat langsung maupun yang dirasakan oleh penderita oleh karena itu sebelum mengetahui lebih lanjut mengenai autis pertama-tama saya akan menjelaskan mengenai pengertian autis, gejala-gejala, cirri-ciri dan karaktersistik autism.

Istilah autisme berasal dari kata “Autos” yang berarti diri sendiri dan “isme” yang berarti suatu aliran, sehingga dapat diartikan sebagai suatu paham tertarik pada dunianya sendiri. Autisme pertama kali ditemukan oleh Leo Kanner pada tahun 1943. Kanner mendeskripsikan gangguan ini sebagai ketidakmampuan untuk berinteraksi dengan orang lain, gangguan berbahasa yang ditunjukkan dengan penguasaan bahasa yang tertunda, echolalia, mutism, pembalikan kalimat, adanya aktivitas bermain repetitive dan stereotype, rute ingatan yang kuat dan keinginan obsesif untuk mempertahankan keteraturan di dalam lingkungannya.
Autis adalah ganggungan perkembangan yang mencakup bidang komunikasi, interaksi, dan perilaku yang terjadi pada awal masa kanak-kanak. Istilah autis menggambarkan keadaan yang cenderung dikuasai oleh pikiran atau perilaku yang terpusat pada diri sendiri.
Autisme adalah suatu keadaan yang dialami oleh seorang anak sejak lahir ataupun  saat masa balita, yang membuat dirinya tidak dapat membentuk hubungan sosial atau komunikasi yang normal.
Adapun gejala-gejala autis seperti :
a.     Tidak mau tersenyum bila diajak senyum,
b.      Tidak bereaksi bila namanya dipanggil
c.   Temperamen yang pasif pada umur enam bulan diikuti dengan iribilitas
      yang   tinggi 
d.  Cenderung sangat terpukau dengan benda tertentu
e.     Interaksi sosial yang kurang
f.      Ekspresi muka yang kurang hidup pada saat mendekati umur dua belas bulan
g.   Pada umur satu tahun lebih jelas menunjukkan gangguan komunikasi dan   berbahasa
h.   Bahasa tubuhnya kurang
i.     Pegertian bahasa reseptif dan ekspresif rendah.                                                                                                                                                                                                                          
Ada beberapa macam jenis terapi sebagai tata laksana autisme atau intervensi untuk anak autis. Jenis terapi yang diperlukan dan sesuai untuk tiap individu bisa berbeda-beda, tergantung keadaan masing-masing anak karena kondisi setiap anak berbeda, mengiangat autis itu spektrum, sehingga tidak ada standar terapi yang cocok dan sam persis pada setiap anak. Beberapa jenis terapi yang ada yaitu :
a.    Terapi Perilaku
Berbagai jenis terapi perilaku telah dikembangkan untuk mendidik anak dengan kebutuhan khusus, termasuk penyandang autisma, mengurangi perilaku yang tidak lazim dan menggantinya dengan perilaku yang bisa diterima dalam  masyarakat. Untuk itu ada jenis terapi perilaku yang dapat diterapkan pada anak autis, yaitu:
1). Terapi Okupasi
Sebagian penyandang kelainan perilaku, terutama autisma juga mempunyai perkembangan motorik yang kurang baik. Gerak-geriknya kasar dan kurang luwes bila dibandingkan dengan anak-anak seumumnya. Pada anak-anak ini perlu diberi bantuan terapi okupasi untuk membantu menguatkan, memperbaiki koordinasi dan keterampilan ototnya. Otot jari tangan misanya sangat penting dikuatkan dan dilatih supaya anak bisa menulis dan melakukan semua hal yang mebutuhkan keterampilan otot jari tangannya, seperti menunjuk, bersalaman, memegang raket, memetik gitar, main piano, dan lain-lain.
2). Terapi Wicara
Bagi anak dengan speech delay, maka terapi wicara merupakan pilihan utama. Untuk memperoleh hasil yang optimal, materi speech Therapy sebaiknya dilasanakan dengan metode ABA.
Bagi penyandang autisma oleh karena semua penyandang autisma mempunyai keterlambatan bicara dan kesulitan berbahasa, speech terapy adalah juga suatu keharusan ABA. Menerapkan terapi wicara pada penyandang autisma berbeda dengan pada anak lain. Terapis harus berbekal diri dengan pengetahuan yang cukup mendalam tentang gejala dan gangguan bicara yang khas bagi penyandang autisma. Sosialisasi dengan menghilangkan perilaku yang tidak wajar.
Untuk menghilangkan perilaku yang tidak dapat diterima oleh umum, perlu dimulai dari kepatuhan dan kontak mata. Kemudian diberikan pengenalan konsep atau kognitif melalui bahasa reseptif dan ekspresif. Setelah itu barulah anak dapat diajarkan hal-hal yang bersangkutan dengan tatakarma.
Agar seluruh perilaku sosial itu dapat ditekan, maka penting sekali diperhatikan bahwa anak jangan dibiarkan sendirian, tetapi harus selalu ditemani secara interaktif. Seluruh waktu pada saat anak bangun, perlu diisi dengan kegiatan interaktif, baik yang bersangkutan dengan akademik, bina diri, keterampilan motorik, sosialisasi, dan jangan lupa berikanlah imbalan yang efektif.
b.      Terapi Biomedik(obat, vitamin, mineral, food suplements)
Terapi Biomedik mencari semua gangguan.bila ditemukan gangguan, maka harus segera diperbaiki. Dengan demikian, fungsi susunan saraf pusat anak diharapkan bisa bekerja dengan lebih baik, sehingga gejala-gejala autisme berkurang atau menghilang. Pemeriksaan yang dilakukan biasanya adalah dengan pemeriksaan laboratorium yang meliputi pemeriksaan darah, urine, rambut, dan feses. Selain itu dilakukan pemeriksaan colonoscopy bila ada indikasi lain.
Dengan cara ini, kemajuan anak dapat di monitor dengan tepat, dan penyebab autisme bisa diketahui dengan pasti. Hal ini memudahkan orang tua untukmemperbaiki cara penanganan yang salah dan mengulangi cara penanganan yang bermanfaat. Terapi ini akan lebih baik jika dilakukan bersama erapi lain, seperti terapi bicara, terapi tingkah laku, dan terapi okupasi. Untuk mengikuti terapi ini, sebaiknya dikonsultasikan terlebih dahulu dengan dokter ahli dan jangan sembarangan memberi terapi obat-obatan pada anak autis. Pemakaian obat dan suplemen makanan harus disesuaikan dengan kebutuhan anak                                                                                            
            2. Analisis permasalahan
Sistem Pakar adalah sistem berbasis komputer yang menggunakan pengetahuan, fakta, dan tehnik penalaran dalam memecahakan masalah yang biasanya hanya dapat dipecahkan oleh seoarng pakar dalam bidang tersebut (Martin dan Oxman, 1998).
Pada dasarnya sistem pakar diterapkan untuk mendukung aktivitas pemecahan masalah. Beberapa aktivitas pemecahan masalh yang dimaksud antara lain : pembuat keputusan (dicision making), pemaduan pengetahuan (Knowledge fusing), pembuatan desain (designing), perencanaan (planning), prakiraan (forecasting), pengaturan (regulating), pengendalian (controling), diagnosis (diagnosing), perumusan (prescribing), penjelasan (explaining), pemberian nasehat (odvising), dan pelatihan (tutoring). Selain itu sistem pakar juga dapat berfungsi sebagai asisten yang pandai dari seseorang pakar (Martin dan Oxman, 1998)
   Sistem pakar dibuat pada wilayah pengetahuan tertentu untuk suatu kepakaran tertentu yang mendekati kemampuan manusia disalah satu bidang. Sistem pakar mencoba mencari solusi yang memuaskan sebagaimana yang dilakukan seorang pakar. Selain itu sistem pakar juga dapat memberikan penjelasan terhadap langkah yang diambil dan memberikan alasan atas saran atau kesimpulan yang ditemukannya.
3. Sistem pakar untuk mendiagnosa Penderita Autisme
Sistem pakar untuk mendiagnosa penderita autisme ini dapat membantu penderita atau masyarakat yang mengalami autisme. Mereka bisa melakukan konsultasi dari rumah masing-masing tanpa harus datang atau berkonsultasi langsung dengan psikolog sehingga bisa menekan pengeluaran dan tidak merasa malu dengan masyarakat sekitar. Pengguna hanya tinggal memasukkan atau menginputkan gejala-gejala yang di alami atau dengan memilih item-item yang sudah tersedia maka komputer akan memproses data dan memunculkan solusi yang sesuai bagi penderita. Sistem yang dibuat bukan berarti menggantikan peran psikolog tetapi hanya sebagai bahan pengetahuan masyarakat terhadap permasalahan yang berhubungan dengan autisme. berikut gambar Flowchart rancangan Sistem Pakar untuk mendiagnosa penderita Autisme:

Gambar Flowchart
Dari flowchart di atas, dapat dijelaskan langkah-langkah untuk merancang sebuah sistem pakar pada penderita autis sebagai berikut :
1.  Masukan berupa fakta yang diberikan oleh pengguna seperti data anak, data orang                tua, gejala yang di rasakan, usia dan jenis gangguan.
2. Kemudian data-data tersebut disusun ke dalam kumpulan data, dimana setelah itu 
    terjadi pengecekan kembali apakah data-data tersebut sesuai atau tidak.
3. Setelah itu jika tidak maka pengguna akan kembali mengisikan fakta-fakta yang lain,
    akan tetapi jika data tersebut sesuai maka, data atau fakta tersebut tersimpan di     
    dalam kumpulan data berbasis pengetahuan yang artinya berisi gejala-gejala dari
    penderita autis
4. Kemudian diproses hingga pengguna bisa melakukan proses konsultasi untuk
    menghasilkan sebuah diagnosa.
5. Dari diagnosa  tersebut, akan terlihat apakah anak terkena gangguan autisme 
   atau tidak. Jika tidak maka kesimpulan hasil konsultasi tidak akan ditampilkan
   dan proses berakhir, akan tetapi jika anak tersebut menderita gangguan autisme 
   yang disimpulkan dari masukan gejala sebelumnya, maka akan dihasilkan sebuah 
   kesimpulan dan solusi berupa terapi berdasarkan usia, gejala dan jenis gangguan.

        Referensi :
        Bonny, D. (2003). Terapi anak autis di rumah. Jogjakarta: Puspa Suara Anggota 
        (IKAPI) 
        Handojo, Y. (2003). Autisma. Jakarta: PT. Bhuana Ilmu Populer Kelompok Gramedia
        Prasetyono. D.S. (2008). Serba-serbi anak autis. Jogjakarta: DIVA Press (Anggota 
        IKAPI).
        Priyatna, A. (2010). Amazing autism, Jakarta : PT Elex Media Komputindo.
  Safari, T. (2005). Autisme. Jogjakarta: Graha Ilmu
  Bunafit ,Nugroho. (2008). Membuat Aplikasi Sistem Pakar Dengan PHP dan 
  Editor Dreamweaver. Yogyakarta :Grahamedia
  Kusrini. Sistem pakar toeri dan aplikasi. Yogyakarta : Andi offset
  Asiz, F. Pemprograman Sistem Pakar, Elex : Media komputindo
  Prasetyono. D.S. (2008). Serba-serbi anak autis. Jogjakarta: DIVA Press (Anggota 
  IKAPI).
  Rahajeng (2008), Rancangan Sistem pakar.http://lib.uin malang.ac.id/thesis/fullchapter/ 
        04550050-sittirahajeng-np.ps





Tidak ada komentar:

Posting Komentar