Jumat, 22 Maret 2013

Terapi Humanistik-Eksistensial


TERAPI HUMANISTIK-EKSISTENSIAL

Psikologi humanistik merupakan salah satu aliran dalam psikologi yang muncul pada tahun 1950-an, dengan akar pemikiran dari kalangan eksistensialisme yang berkembang pada abad pertengahan. Pada akhir tahun 1950-an, para ahli psikologi, seperti : Abraham Maslow, Carl Rogers dan Clark Moustakas mendirikan sebuah asosiasi profesional yang berupaya mengkaji secara khusus tentang berbagai keunikan manusia, seperti tentang : self (diri), aktualisasi diri, kesehatan, harapan, cinta, kreativitas, hakikat, individualitas dan sejenisnya.
Kehadiran psikologi humanistik muncul sebagai reaksi atas aliran psikoanalisis dan behaviorisme serta dipandang sebagai “kekuatan ketiga “ dalam aliran psikologi. Dalam mengembangkan teorinya, psikologi humanistik sangat memperhatikan tentang dimensi manusia dalam berhubungan dengan lingkungannya secara manusiawi dengan menitik-beratkan pada kebebasan individu untuk mengungkapkan pendapat dan menentukan pilihannya, nilai-nilai, tanggung jawab personal, otonomi, tujuan dan pemaknaan. 

·         Konsep Utama Humanistik

(1)keberadaan manusia tidak dapat direduksi ke dalam komponen-komponen;
(2)manusia memiliki keunikan tersendiri dalam berhubungan dengan manusia   lainnya;
(3)manusia memiliki kesadaran akan dirinya dalam mengadakan hubungan dengan orang lain;
(4)manusia memiliki pilihan-pilihan dan dapat bertanggung jawab atas pilihan-pilihanya;
(5)manusia memiliki kesadaran dan sengaja untuk mencari makna, nilai dan kreativitas.
Hasil pemikiran dari psikologi humanistik banyak dimanfaatkan untuk kepentingan konseling dan terapi, salah satunya yang sangat populer adalah dari Carl Rogers dengan client-centered therapy, yang memfokuskan pada kapasitas klien untuk dapat mengarahkan diri dan memahami perkembangan dirinya, serta menekankan pentingnya sikap tulus, saling menghargai dan tanpa prasangka dalam membantu individu mengatasi masalah-masalah kehidupannya.
Selain memberikan sumbangannya terhadap konseling dan terapi, psikologi humanistik juga memberikan sumbangannya bagi pendidikan alternatif yang dikenal dengan sebutan pendidikan humanistik (humanistic education). Pendidikan humanistik berusaha mengembangkan individu secara keseluruhan melalui pembelajaran nyata. Pengembangan aspek emosional, sosial, mental, dan keterampilan dalam berkarier menjadi fokus dalam model pendidikan humanistik ini.

·         Tujuan Terapi Humanistik-Eksistensial

1.     Agar klien dapat lebih kongruen, otentik, dan terbuka.
2.    Mampu menjadi pribadi yang kuat, unik, dan ekspresif
3.    Agar klien dapat bertanggung jawab terhadap masalahnya
4.    Mendorong klien untuk menghadapi kecemasan yang berkaitan dengan pilihan-pilihan bagaimana menjalani hidup
5.    Serta bagaiamana klien dapat menjalin hubungan dengan orang lain dengan baik.

·         Fungsi dan Peran Terapi dalam Terapi Humanistik-Eksistensial

Tugas utama terapis adalah berusaha memahami klien sebagai ada dalam dunia. Teknik yang digunakan mengikuti alih-alih pemahaman. Karena menekankan pada pengalaman klien sekarang, para terapis eksistensial menunjukkan keleluasaan dalam menggunakan metode-metode, dan prosedur yang digunakan oleh mereka bisa bervariasi tidak hanya dari klien yang satu kepada klien yang lainnya, tetapi juga dari satu ke lain fase yang dijalani oleh klien yang sama.
Tetapi eksistensil memusatkan pada pengertian subjektif, terhadap dunia klien dan membuatnya mendapatkan pengertian yang baru. Fokusnya adalah pada kehidupan yang sekarang. Terapis membentuk hubungan yang efektif dengan klien dan membantu klien mengerti dan merasa tertantang serta menyadarkan klien akan tanggung jawabnya, terapis membuat/membenarkan pola piker klien yang salah terhadap hidupnya.
Menurut Buhler dan dan Allen, para ahli psikilogi humanistik memiliki arti bersama yang mencakup hal-hal berikut :
1. Mengakui pentingnya pendekatan diri pribadi ke pribadi
2. Menyadari peran dari tanggung jawab terapis
3. Mengakui sifat timbal balik dari hubungan terapeutik
4. Berorientasi pada pertumbuhan

Referensi :
Semiun. Yustinus, OFM. 2006. Kesehatan mental 3. Yogyakarta : Kanisius
Davison. C.Gerald. 2010. Psikologi Abnormal Edisi 9. Jakarta : Rajawali 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar